Zakat merupakan ibadah yang wajib bagi umat muslim yang telah memenuhi syarat. Begitu pentingnya ibadah zakat, sampai banyak sekali disebutkan dalam Al-Quran dan sering diiringi dengan seruan shalat. Bisa dikatakan zakat adalah ibadah yang saling menguntungkan, baik dari sisi pemberi maupun penerima.
Jika dilihat dari sisi pemberi, dengan berzakat akan menyucikan harta dan jiwa, memberi ketenangan, membawa keberkahan, serta beragam manfaat lain. Sedangkan dari sisi penerima, saat mendapat zakat akan sangat terbantu dari sisi kebutuhan maupun ketenteraman.
Seperti tercantum dalam surat At-Taubah Ayat 103:
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Berzakat juga berguna menjauhkan diri dari sifat kikir, yang sering diartikan sebagai suatu sikap yang enggan berbagi dengan orang lain dalam berbagai hal. Sejatinya sifat kikir memiliki konsekuensi yang bisa merugikan diri sendiri, di antaranya menimbulkan ketidaksenangan dari orang sekitar atau mendapat kerugian di akhirat kelak.
Melawan sifat kikir bisa beragam cara, salah satunya menafkahkan harta di jalan Allah Subhanahu Wa Taala yang macam-macam, antara lain, zakat, infak, sedekah, dan memberi makan anak yatim-piatu.
Dalam Surat Muhammad Ayat 38 Allah berfirman:
“Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan (hartamu) di jalan Allah. Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya). Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini).”
Rasa enggan berderma sejatinya bisa dilawan dengan keteguhan hati dan niat yang kuat. Keengganan menyalurkan harta sering kali atas godaan syaitan yang tak ingin manusia mendapatkan keberkahan dan menakut-nakuti akan kemiskinan.
Al-Baqarah Ayat 268:
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Allah dengan jelas telah menjanjikan bahwa mereka yang berbagi dengan sesama tidak akan menjadi miskin, justru akan mendapat banyak manfaat dan keberkahan. Membantu sesama akan terasa sangat bermakna dan memberi manfaat. Dalam Surat Saba Ayat 39, Allah kembali mempertegas bahwa banyak dan sedikitnya rezeki seseorang tidak menentukan kedudukannya di sisi Allah, kecuali bila dibarengi dengan iman dan amal saleh
“Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.”
Kebaikan untuk berbagi bisa ikut menular. Mungkin mendonasikan sebagian harta terlihat sepele, namun tanpa disadari hal itu bisa menginspirasi orang lain untuk ikut menyempurnakan kebaikan yang kita lakukan. Orang lain akan tergerak untuk melakukan hal serupa. Karena sesungguhnya dengan memberi, tidak akan memiskinkan, namun justru akan membuka rezeki di kemudian hari.
Sumber: Baznas RI