Dalam agama Islam anak yatim piatu mendapat begitu banyak keistimewaan. Ada banyak sekali manfaat dan keutamaan menyantuni anak yatim yang bisa mendatangkan berkah untuk kehidupan kita.
Yatim berasal dari bahasa Arab, artinya anak kecil yang kehilangan ayahnya karena meninggal. Dalam Islam, artinya pun sama dan bahkan dilengkapi dengan batasan umur bagi seseorang yang masuk dalam kategori yatim tersebut.
Sedangkan piatu adalah anak yang ditinggal mati ibunya. Seorang anak yang bapak dan ibunya telah meninggal termasuk dalam kategori yatim dan biasanya disebut yatim piatu. Istilah yatim piatu hanya dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literatur fikih klasik hanya dikenal istilah yatim saja.
Anak yatim memiliki posisi yang istimewa dalam Islam. Melalui berbagai firmannya-Nya dalam Al-Quran, Allah SWT menyuruh hamba-Nya untuk memperhatikan anak yatim dengan sebaik-baiknya. Begitu istimewanya anak yatim, sampai disebutkan sebanyak 23 kali dalam Al-Quran yaitu 8 dalam bentuk tunggal, 14 dalam bentuk jamak dan 1 dalam bentuk dua (mutsanna).
Anak yatim menjadi salah satu perhatian kita, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini yang menyebabkan jumlah anak yatim bertambah. Menyantuni dan menyayangi anak yatim tentu akan memberikan keberkahan bagi kita.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat menganjurkan kita untuk terus memuliakan anak yatim. Dikisahkan suatu ketika Rasulullah SAW bertemu seorang anak saat akan berangkat shalat ied. Anak itu berpakaian kumal seorang diri dan menangis. Ketika ditanya, ternyata dia seorang anak yatim yang ayahnya wafat dalam suatu peperangan. Lantaran iba dengan kondisi sang anak yatim itu, Rasul pun lantas merawatnya. Serta memberinya pakaian yang indah, memberi makan sampai kenyang, menghiasinya dan memberinya minyak wangi yang harum. Sekarang, anak yatim itu bisa bermain dengan penuh tawa bahagia bersama teman-teman seusianya.
Setelah Rasulullah meninggal dunia, anak itu kembli terlunta hingga akhirnya diasuh oleh Abu Bakar As-Shiddiq.
Dalam hadis juga disebutkan bahwa orang yang mengasihani dan merawat anak yatim kedudukannya dekat dengan Rasulullah SAW di surga, seperti dekatnya jari telunjuk jari tengah.
“Bahwa saya dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu Nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR al-Bukhari).
Pengasuh anak yatim juga akan dimasukkan ke dalam surga bersama Rasul kelak.
“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR. Tirmidzi).
Menyayangi dan memuliakan anak yatim juga akan mendatangkan keberkahan lainnya, seperti mendapatkan predikat abror, menjadi ibadah yang mendatangkan pertolongan Allah SWT, menghindarkan dari siksa akhirat, dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Dalam ajaran Islam, pemeliharaan dan pembinaan anak yatim tak terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti harta, namun juga mencakup berbagai hal yang bersifat psikis. Dalam surah ad-Duha ayat 9, Allah SWT berfirman, “Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
Terdapat pula larangan untuk berbuat zalim kepada anak yatim, seperti tertulis pada Al-Quran surah an-Nisa ayat 10, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya meraka itu menelan api senuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala (neraka).”
Sumber: Baznas RI